Picture
Kampung Moso Bakal Menjadi Pusat Produksi Bioetanol

Tanaman Sagu yang selama ini dikenal oleh masyarakat Papua hanya sebagai salah satu bahan makanan pokok ternyata memiliki keunggulan lain, yaitu dapat diproduksi sebagai Bioetanol. Bioetanol sendiri merupakan bahan bakar minyak yang kini telah digunakan oleh negara-negara maju dibelahan dunia. Dan Kampung Moso Distrik Arso Timur memiliki potensi untuk mengembangannya.

Hal itu terungkap dalam pemaparan PT Berlin Krida Jaya yang berlangsung di Aula Bupati Keerom yang telah melakukan berbagai survey di Kampung Moso dan mendapati kondisi alam dan jalur transportasi kampung tersebut sangat memenuhi syarat untuk dibangun pabrik dan perkebunan Bioetanol. Dan PT Berlin Krida Jaya siap untuk berinvestasi didalam potensi sumber daya alam tersebut.

Menurut Direktis Utama PT.Berlin Krida Jaya, Hermalina Boroca, pihaknya telah melihat berbagai perkembangan tanaman sagu dibeberapa daerah yang ada di Papua namun tidak ada yang sebagus dengan hasil sagu di Kampung Molof.

“Sejak tahun 2009 kami telah melakukan survey ke beberapa daerah namun baru disini (Molof) kami mendapati potensi sagu yang sangat baik. Untuk itu kami sangat tertarik untuk mengembangkan produksi Bioetanol disini,” ujarnya dalam presentase tersebut.

Dan untuk merealisasikan rencana tersebut, PT.Berlin Krida Jaya membutuhkan lahan seluas 26 ribu Ha untuk pembangunan pabrik tahap pertama yang akan dimulai Maret 2011 dan untuk operasionalnya direncanakan dilakukan ditahun 2012. Sedangkan untuk pembudidayaan tanaman sagu diperlukan lahan seluas 41 ribu Ha dengan menggunakan inti plasma dan membentuk koperasi.

“Kami hanya menyiapkan bahan baku, lokasi pembangunan pabriknya dan tenaga lokal sedangkan yang akan mengerjakan produksi bioetanol ini langsung dari tenaga ahli dari Cina. Semuanya sudah siap, tinggal kami menunggu persetujuan dari pemerintah setempat,” tambah Hermalina Boroca.

Sementara itu Bupati Keerom Yusuf Wally, SE,MM menyambut baik niat dan rencanan PT Berlin Krida Jaya tersebut. Karena disadari potensi sumber daya alam Keerom sangat berlimpah, namun tidak akan mendatangkan kesejahteraan jika tidak dikelola secara baik dan benar. Untuk itu diharapkan dengan adanya pengolahan tanaman sagu secara professional mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

“Tanaman sagu selama ini kita kenal hanya untuk dikonsusmsi (papeda) namun sekarang ada teknologi lain untuk dijadikan salah satu bahan bakar yang mempunyai nilai ekspor dan ini peluang karena wilayah kita mampu memproduksi sagu yang baik. Untuk itu saya berharap semuanya berjalan dengan lancar dan melalui rencanan ini mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat,” katanya masih didalam acara presentase.

Namun disisi lain, Bupati Wally mengingatkan seberapa banyak pun investor yang masuk ke Kabupaten Keerom jika tidak ditunjang dengan pelayanan pemerintahan yang baik dan lebih penting lagi terjaganya keamanan daerah tidak akan pernah membawa perubahan didaerah ini. Untuk itu perlunya perhatian dan kesadaran semua element masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan daerah yang sejauh ini berjalan dengan baik.

“ Perkembangan daerah tidak dapat dipungkiri salah satunya karena adanya kontribusi
investasi yang masuk ke daerah, untuk itu diminta kepada semua komponen masyarakat untuk tidak menimbulkan masalah diatas masalah baru lainnya. Kalau tidak siapapun investornya pasti akan pergi dari daerah ini,” tutur Bupati mengingatkan semua element masyarakat dan pemerintahan.


Picture

Bioetanol Bahan Bakar Masa Depan Keerom


Bahan Bakar Minyak atau biasa disebut BBM saat ini memiliki harga yang cukup tinggi bagi perekonomian masyarakat kampung, apalagi kesulitan memperolehnya menjadi hambatan terbesar. Untuk itu Kabupaten Keerom mulai saat ini mencoba mencari bahan bakar alternative dan Bioetanol telah menjadi salah satu pilihannya.

Hal itu terlihat jelas saat Pemerintah Kabupaten Keerom bekerja sama dengan Surya Institute untuk mendemonstrasikan serta mengajar putra-putri Keerom untuk membuat Bioetanol berbahan baku singkong (kasbi). Selain itu Pemerintah Kabupaten Keerom akan mengirim sepuluh anak untuk belajar secara mendalam di institute tersebut.


Menurut Bupati Keerom Yusuf Wally, SE,MM pencarian sumber energy alternative yang murah dan mudah diproduksi adalah salah satu program utama pihaknya. Berkaca dari pengalamannya selama ini masyarakat sekarang tidak hanya membutuhkan bahan makanan sebagai bahan pokok utama, tetapi energy telah masuk pula dalam daftar tersebut. Sehingga semua dilakukan pihaknya demi tercapainya kebutuhan energy masyarakat yang dinilai saat ini masih sulit dan membutuhkan biaya besar untuk diperoleh.

Energy alternative yang menjadi rencana Pemerintah Kabupaten Keerom, merupakan energy yang mudah diperoleh, murah dan ramah lingkungan. Dan setelah melakukan berbagai survey Bioetanol merupakan salah satu pilihannya. “Memang ini masih lama kalau mau diubah, tapi kita harus mulai dari sekarang. Bio Etanol ini bisa menjadi energy alternative buat masyarakat dikampung,” ujarnya saat membuka Demonstrasi Energi Alternatif Bioetanol dari Bahan Baku Singkong yang berlangsung di SMK Negeri I Arso.

Dari beberapa sumber yang dicari tim Redaksi Buletin Keerom Membangun, berhasil diperoleh bahwa sebenarnya Bioetanol telah digunakan oleh negara-negara maju sejak lama seperti tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Namun Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan.

Saat ini (Bio)Etanol dipakai secara luas di Brazil dan Amerika Serikat. Semua kendaraan bermotor di Brazil, saat ini menggunakan bahan bakar yang mengandung paling sedikit kadar ethanol sebesar 20 %. Pertengahan 1980, lebih dari 90 % dari mobil baru, dirancang untuk memakai (Bio)Etanol murni.
Di Amerika Serikat, lebih dari 1 trilyun mil telah ditempuh oleh kendaraan bermotor yang menggunakan BBM dengan kandungan (Bio)Etanol sebesar 10 % dan kendaraan FFV (Flexible Fuel Vehicle) yang menggunakan BBM dengan kandungan 85 % (Bio)Etano


Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar, sebenarnya telah lama dikenal. Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (Bio)etanol sebagai bahan bakarnya.. Namun penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati kurang ditanggapi pada waktu tersebut, karena keberadaan bahan bakar minyak yang murah dan melimpah. Saat ini pasokan bahan bakar minyak semakin menyusut ditambah lagi dengan harga minyak dunia yang melambung membuat (Bio)Etanol semakin diperhitungkan.

(Bio)Etanol dapat digunakan pada kendaraan bermotor, tanpa mengubah mekanisme kerja mesin jika dicampur dengan bensin dengan kadar (Bio)Etanol lebih dari 99,5%. Perbandingan (Bio)Etanol pada umumnya di Indonesia baru penambahan 10% dari total bahan bakar. Pencampuran (Bio)Etanol absolut sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol E-10. Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) dan (Bio)Etanol. (Bio)Etanol absolut memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan

Premium hanya 87-88. Gasohol E-10 secara proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE).

Sementara itu pengertian Bio Etanol sendiri adalah Etanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O.

Etanol dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mobil, baik sendiri (E100) dalam mesin khusus atau sebagai tambahan bensin untuk mesin bensin.

Etanol dapat dicampur dengan bensin dalam kuantitas yang bervariasi untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bumi, dan juga untuk mengurangi polusi udara. Bahan bakar tersebut dikenal di AS sebagai gasohol dan di Brasil sebagai bensin tipe C. Dua campuran umum di AS adalah E10 dan E85 yang mengandung 10% dan 85% etanol. Sedangkan campuran yang umum di Brasil adalah bensin tipe C dan jenis oktan tinggi, yang mengandung 20-25% ethanol.

Melihat dari perkembangan Bioetanol maka sangat tepat jika Pemerintah Kabupaten Keerom melirik bahan bakar tersebut sebagai bahan bakar alternative. Dimana dengan diproduksinya Bioetanol dari bahan baku singkong atau dikenal di Papua dengan sebutan kasbi, kedepan tidak akan ada lagi masyarakat kampung yang kesulitan mencari bahan bakar. Dan tidak adalagi yang gelap disaat malam, karena bioetanol diketahui bisa juga menghidupkan genset yang telah dimodifikasi.

“Genset saja bisa hidup, jadi kita bisa gunakan Bioetanol sebagai energy alternative kita. Jadi saya harap kita belajar juga teknologi ini bagaimana memodifikasi genset ini,” kata Wally.

Namun Bupati Wally mengingatkan produksi Bioetanol tidak untuk digunakan dalam kegiatan yang negative, seperti minuman keras. Karena dilihat dari sifat dan kandungannya Bioetanol sangat berbahaya untuk dikonsumsi. “Genset dan kimpor saja bisa menyala, bayangkan kalau mau ketubuh kita, apa jadinya. Jadi kita tidak boleh mengkonsumsinya sebagai minuman keras,” tutup Bupati Yusuf Wally.



Picture

Memutus Dua Kutub, Wujudkan Kebersamaan

Gerakan Pembangunan Dua Arah atau disingkat GERBANDA, motto pembangunan di Kabupaten Keerom saat ini. Bukan hanya sekedar motto atau slogan biasa, GERBANDA memiliki arti dan tujuan yang pasti untuk menuju visi pembangunan yaitu Membangun Keerom Dalam Kesejahteraan, Menuju Masyarakat Yang Damai, Maju dan Sejahtera.

Menurut Bupati Keerom Yusuf Wally, SE.MM dalam perjalanan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yaitu memberikan kebebasan kepada daerah untuk mengatur dan membangun, walaupun secara nyata telah banyak memberikan manfat bagi percepatan pertumbuhan daerah, namun masih ditemui kelemahan dan kendala dalam imlementasinya.

Dimana Yusuf Wally mencatat pemberian kewenangan yang lebih luas, ternyata telah memunculkan penyalahgunaan kewenangan dalam pengelolaan pemerintahan dan keuangan, sehingga tumbuh subur adanya kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) dan selain itu dengan pemberian kewenangan yang lebih luas ternyata telah menciptakan jarak antara peran pemerintah sebagai pelayanan public dan rakyat atau masyarakat sebagai mitra pembangunan, akibatnya memutuskan mata rantai semangat partisipatif yang tumbuh dari masyarakat.

Dari kondisi-kondisi itu muncullah pelaksanaan program pembangunan dengan kategori “bisnis proyek” oleh SKPD. Artinya pemerintah memiliki otoritas dalam menentukan siapa pelaksana, lokasi proyek, pertanggungjawaban keuangan asal jadi dan berapa persen rupiah yang harus diterima. Sedangkan posisi rakyat didalamnya menjadi lemah karena tidak memiliki porsi yang setara, yang mengakibatkan rakyat termaginalkan dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan monitoring. Ada pula rakyat hanya menjadi objek pembangunan.

Paradigma seperti ini, tegas Yusuf Wally sangat mendesak untuk dilakukan perubahan. Dimana rakyat harus menjadi kekuatan baru dalam menjalankan semangat kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah dan menjadi salah satu pendukung dan penentu arah kebijakan dan program strategis pembangunan daerah.

“Melihat itu maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2010-2015 khususnya arah kebijkana dan program strategis pembangunan daerah harus didasarkan para GERBANDA,” papar Wally.

“Arti lainnya kita memutus dua arah atau kutub tadi. Dimana tidak ada lagi jarak antara peran pemerintah dan masyarakat atau tidak ada lagi namanya KKN,” tambah Bupati.

Untuk memutuskan mata rantai itu Pemerintah Kabupaten Keerom menurunkan sebuah gebrakan baru yang disebut Gerakan Pembangunan Dua Arah (GERBANDA). Dimana gerakan ini memberikan legitimasi kepercayaan kepada rakyat untuk mengurus otonomi kampung secara mandiri. Karena kucuran uang negara yang dialokasikan melalui pagu anggaran Alokasi Dana Kampung (ADK) dengan berbagai program oembangunan yang turun ke kabupaten harus sampai juga dikampung dengan utuh.

“Maka dengan itu proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pertanggungjawaban dan monitoring-evaluasi semuanya harus dilakukan dari bawah oleh masyarakat,” tandas Wally.


Picture
Tujuh Program Utama Jawab Tuntutan Pembangunan

Membangun sebuah daerah yang baru mekar tidak akan berhasil jika tidak memiliki pokok-pokok pikiran untuk ditungkan didalam program prioritas. Sebab pembangunan dapat diisitilahkan tanpa arah dan hasilnya pun akan menjadi bias, tidak bisa dilihat, tidak bisa dirasakan, dan tidak bisa ditingkatkan. Membangun juga tentu saja memerlukan sebuah pengalaman, pengetahuan, pengertian dan keberanian.

Untuk itu setiap pemimpin daerah harus dapat menentukan program-program prioritas yang harus dilakukan dan dikerjakan semasa menjabat dan program prioritas itu harus sesuai dengan kebutuhan daerah yang dipimpinnya. Seperti yang dilakukan Yusuf Wally, SE.MM selaku Bupati Keerom dan Muh. Markum, SH selaku Wakil Bupati yang telah menetapkan tujuh program prioritas pembangunan yang dijamin menjawab semua kebutuhan masyarakat tentang pembangunan.

1. Pendidikan

Dimana program pertama ini Bupati Yusuf Wally, SE.MM dan Wakil Bupati Muh. Markum, SH menfokuskan peningkatan dan percepatan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan gratis dan berkualitas disetiap jenjang. Dengan program konvesional yaitu program peningkatan mutu pelayanan pembangunan dasar 9 tahun dan lanjutan yang lebih kompetitif, program pembangunan pendidikan non-formal, program penyediaan fasilitas sarana dan prasaran pendidikan.  Sedangkan kebijakan program terobosannya, yaitu pengembangan system kurikulum muatan lokal, pengembangan system pengelolaan pendidikan berbasis sains, akhlak dan keterampilan, selanjutnya pengembangan panti pendidikan dan yang terakhir pembuatan regulasi kebijakan pendidikan daerah.

2. Kesehatan

Terciptanya system pelayanan kesehatan yang tanggap, cepat, murah dan berkualitas.  Dengan program konvesional pelayanan kesehatan secara terpadu, murah dan berkualitas serta penyediaan fasilitas dan sarana prasaran kesehatan.  Sedangkan program terobosannya pelaksanaan program perbaikan gizi dan kesehatan masyarakat, pelaksanaan pengembangan obat-obatan tradisional dan pelaksanaan penyusunan regulasi kebijakan bidang kesehatan.

3. Infastruktur Dasar

Perbaikan dan percepatan jaringan infastruktur baik secara kualitas maupun kuantitas guna menunjang pembangunan. Dengan program konvesional pembangunan fasilitas sarana dan prasaran dasar yang terintegrasi dan bersinergi dengan pembangunan sektr-sektor lain, pembangunan sisten informasi manejemen, pembangunan jaringan teknologi informasi dan komunikasi daerah. Kebijakan program terobosannya adalah pembuatan peta jaringan dan rencana jalan terpadu, pembuatan peta zona berdasarkan wilayah pembangunan.

4. Pertumbuhan Sektor Produksi

Peningkatan pertumbuhan sektor produksi pada bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan untuk memperkuat perekonomian masyarakat maupun Pendapatan Asli Daerah. 
Dengan program konvesional pembangunan bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan sebagai sektor produksi unggulan, peningkatan dan penataan pemanfaatan hasil produk hutan katu maupun hasil hutan non-kayu yang berwawasan lingkungan, penyediaan fasilitas saran dan prasaran penunjang sektor produksi. Sedangkan kebijakan terobosannya adalah penyusunan regulasi kebijakan atas harga komoditas pertanian dan penyusunan regulasi kebijakan terhadap pemanfaatan dan pengelolaan hutan.

5. Investasi

Percepatan pertumbuhan iklim investasi didaerah dengan memberikan kemudahan dan penyertaan modal masyarakat. Dengan program konvesional pertumbuhan iklim investasi daerah, pemberian kemudahan dan bersinergi dengan pembangunan sektor lainnya, pengembangan investasi daerah yang dilakukan dengan penyertaan modal masyarakat adat. Sedangkan kebijakan terobosannya adalah penyusunan regulasi tentng investasi daerah dan penyusunan regulasi kebijakan tentang penambangan rakyat.

6. Kapasitas Adat

Peningkatan kapasitas kelembagaan adat dan kearifan lokal dalam kerangka menjaga eksistensi orang Keerom dan mitra pembangunan. Dalam program kovensinal peningkatan kapasitas dan peran serta kelembagaan adat sebagai mitra pemerintah dan pembangunan daerah, program inventaris dan pemanfaatan kearifan lokal masyarakat sebagai asset pembangunan daerah. Sedangkan kebijakan terbosannya adalah pendataan lengkap yang menginventarisir kearifan lokal masyarakat adat Kabupaten Keerom dan pelaksanaan program revitalisasi kearifan lokal masyarakat adat.

7. Pemerintahan

Penataan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa dalam rangka optimalisasi pelayanan birokrasi dan pelayanan public yang cepat dan tepat kepada masyarakat. Lewat program konvesional penyederhanaan organisasi perangkat daerah, peningkatan kapasitas dan pelayanan public perangkat daerah, peningkatan system informasi manajemen daerah.  Sedangkan kebijakan terobosannya adalah program pengembangan struktur perangkat daera sampai kedistrik. 

Itulah tujuh program misi pembangunan lima tahun yang akan dijalankan dalam Pemerintahan Kabupaten Keerom dibawah pimpinan Yusuf Wally, SE.MM dan Muh. Markum, SH. Ketujuh program utama itu telah mewakili dan akan menjawab semua tuntutan pembangunan selama ini. Mari dukung dan sukseskan pembangunan di Kabupaten Keerom.