Picture


Dinkes Berharap Posyandu Plus Terwujud


Dengan diturunkan program Bantuan Keuangan Kepada Kampung (BK3) dengan nilai Rp 1 Milyar setiap kampung diharapkan mampu membantu perkembangan diberbagai bidang, salah satunya kesehatan ibu dan anak. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom berharap dengan program BK3 mampu mewujudkan posyandu plus dikampung.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom, drg. Yohana Yantewo keberadaan posyandu sangat penting untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan anak. Namun hal itu dirasa belum cukup, dimana posyandu juga dapat dioptimalkan sebagai tempat perkembangan dan belajar anak.

“Untuk itu kami berharap dengan program BK3 yang diluncurkan Bapak Bupati posyandu dikampung tidak hanya sebatas posyandu, tapi dapat menjadi posyandu plus,” ujarnya saat ditemui diruang kerjanya belum lama ini.

Dimana Dinas Kesehatan berharap pemerintahan kampung dapat memperhatikan perkembangan posyandu dengan turut menganggarkan sedikit uang dari jumlah anggaran 1 Milyar untuk membantu pengembangan posyandu. “Kami memang harapkan kerja sama dari kampung supaya posyandu plus ini dapat terwujud,” jelasnya.

“Setidaknya setiap posyandu beraktifitas disiapkan tempat bermain anak maupun makanan tambahan sebagai pemenuhan kebutuhan gizi,” katanya menguraikan apa sebenarnya posyandu plus itu.

Karena pada dasarnya, lanjut Yohana, posyandu memiliki peran penting dalam memperbaiki kesehatan ibu dan anak. Serta tempat yang tepat untuk membentuk watak dan karakter anak. “Jadi posyandu tidak hanya sebagai tempat periksa ibu maupun kesehatan anak. Tapi juga bisa digunakan untuk hal lain,” paparnya.

Sedangkan untuk pemberian makanan tambahan kepada anak, Dinas Kesehatan juga berharap, hal itu dapat dilakukan sesering mungkin. Jika selama ini hanya dengan anggaran dari Dinas Kesehatan hanya mampu dilakukan sebulan sekali, diharapkan dengan anggaran 1 Milyar dapat dilakukan minimal empat kali dalam sebulan.

Karena dinilai dengan pemberian makanan tambahan sebulan sekali belum cukup untuk memenuhi gizi dan menambah berat badan anak. “Anggaran kami memang terbatas, untuk itu saya berharap dan mengajak program BK3 ini juga dapat membantu dalam hal itu,” tutur Yohana yang mengakui kebutuhan gizi anak harus mendapatkan perhatian dari semua kalangan.

Sehingga dalam kurun waktu satu tahun kedepan perkembangan ibu dan anak dapat lebih meningkat dan kesejahteraan masyarakat juga dapat lebih baik.


Picture

Sunat Dapat Cegah Penularan HIV


Penyakit HIV/AIDS merupakan ancaman bagi semua pihak, apalagi untuk generasi muda yang baru tumbuh dewasa. HIV lebih banyak menular melalui hubungan seksual yang dilakukan dengan tidak aman, itu terjadi karena makin maraknya beredar dengan bebas media pornografi dikalangan masyarakat. Ditambah lagi dengan minimnya pengawasan orang tua kepada anak.

Menurut Wakil Bupati Keerom Muh. Markum, SH kondisi seperti itu harus mendapat perhatian serius dari semua kalangan masyarakat. Dimana kemajuan teknologi sekarang ini tidak semuanya dapat dianggap membawa dampak positif, namun ada pula yang membawa dampak negative. Seperti dunia maya (internet) yang banyak terdapat situs-situs porno, yang kini dengan mudah diakses melalui telefon gengam (handphone).

“Kita memang harus ikut perkembangan jaman, tapi harus diawasi dan tahu batasannya. Jangan sampai teknologi membawa dampak buruk bagi anak maupun siapa saja yang salah menggunakannya,” ungkap Wakil Bupati saat ditemui diruang kerjanya.

Sejalan dengan itu seharusnya orang tua lebih mawas diri terhadap anaknya ketika diberikan fasilitas teknologi. Sebab tidak menutup kemungkinan teknologi yang diharapkan meningkatkan kemajuan anak malah menjadi malapetaka. “Saya bukan bermaksud teknologi itu tidak baik, tapi kita orang tua harus bisa kontrol dan mengingatkan anak,” tuturnya.

Sebagai langkah penyebaran HIV makin meluas kata Markum, masyarakat dapat melakukan sunat atau khitan. Dimana penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Amerika Serikat, di Afrika Selatan, Kenya, dan Uganda antara 2005 dan 2007 menunjukkan bahwa sunat pada laki-laki dewasa mengurangi risiko tertular HIV hingga 50 - 60 persen. Hal ini telah mengarah ke pengembangan program yang menawarkan sunat di sejumlah negara Afrika, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia, dengan prediksi bahwa dalam jangka panjang sunat dapat menyelamatkan jutaan nyawa.

Selain mengurangi risiko HIV, riset menunjukkan sunat memotong risiko terkena HPV (virus penyebab kanker leher rahim) dan herpes, menurut ulasan Gray yang diterbitkan Januari 2010 di Archives of Pediatric & Adolescent Medicine. Menurut Gray, perempuan yang berhubungan seks dengan pria yang bersunat sedikit kemungkinan terkena HPV dan infeksi bakteri.

“Ini saya anjurkan bagi masyarakat yang memang bersedia melakukannya, karena memang berbagai ahli telah menyarankannya. Tapi bagi umat Islam saya yakin telah melakukan sunat karena itu adalah salah satu dalam hukum Islam,” terang Markum.

Senafas dengan memerangi HIV/AIDS di Kabupaten Keerom kedepan KPA Keerom akan melakukan berbagai sosialisasi dan seminar untuk menyadarkan masyarakat bahayanya HIV/AIDS.

“Tindakan preventif atau pencegahan sangat dibutuhkan agar orang yang terinveksi dan menderita HIV dan AIDS tak bertambah. Pencegahan ini, seperti tindakan kuratif telah dilakukan lembaga lembaga peduli HIV dan AIDS, antara lain melalui kampanye membangun kesadaran masyarakat akan bahaya virus dan penyakit yang mematikan itu. Dan kami akan melakukan hal yang sama di Keerom,” tutup Markum.


Picture

Periksakan Diri Tidak Perlu Malu


Karena Masih rendahnya masyarakat berkonsultasi maupun memeriksa kesehatannya di klinik VCT membuat RSUD Kwaingga harus memutar otak untuk mengatasinya. Untuk itu RSDU Kwaingga memutuskan untuk lebih dekat kepada masyarakat dengan menjemput bola dilapangan.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom drg. Yohana Yantewo terjadinya kondisi tersebut disebabkan masih tingginya stigma negative masyarakat terhadap penerita HIV/AIDS maupun masyarakat yang memeriksakan diri ke VCT. Sehingga rasa takut untuk dicemohkan atau dipinggirkan dilingkungan masyarakat masih sangat besar.

“Saya rasa dengan sosialisasi sekarang ini masyarakat sadar bahayanya HIV/AIDS namun mungkin ada rasa malu dan enggan untuk memeriksakan diri,” ujarnya saat ditemui belum lama ini.

Untuk itu Yohan Yantewo berharap masyarakat tidak lagi melihat penderita HIV/AIDS sebagai makhluk yang harus dikucilkan melainkan sebaliknya penderita HIV/AIDS harus disayangi dan didukung untuk melanjutkan hidup secara normal. Selain itu masyarakat juga harus sadar bahwa memeriksakan diri ke klinik VCT lebih baik dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan, apalagi bagi mereka yang memiliki kebiasaan hidup yang berisiko.

Dan bagi pasien klinik VCT Yohana menjamin tidak perlu takut bahwa data diri maupun hasil pemeriksaan akan diketahui oleh pihak lain. Karena telah menjadi aturan bahwa semua pasien VCT harus dirahasiakan indentitasnya. “Saya berharap seperti itu dan kami pasti menjaga kerahasiaan setiap pasien VCT,” tuturnya.

Senafas dengan mendekatkan diri kepada masyarakat Yohana menjelaskan, sekarang ini VCT tidak hanya berada di RSUD Kwaingga melainkan telah ada dibeberapa puskesmas yang tersebar dibeberapa distrik. Jadi masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk memeriksakan diri cukup ke pusksesmas-puskesmas setempat.